TANGIS BOCAH
Oleh Faqih Hindami
Ini bocah menangis jua.
Habis mengorek kuping congeknya hingga berdarah.
Telah lama aku mengabaikan cerita tentang air mata Bunda.
Kini adik menyimpan tangis dalam guraunya.
Dan Ayah pergi sudah tanpa sempat ku seka peluhnya.
Ada perempuan marah mengunci pintu kamarnya,
pergi membopong impian pada tandu di jiwanya.
Kemana perginya tawa senda?
Apa aku kurangi saja gula pada secangkir kopi?
Lalu ku pindahkan manisnya pada sesimpul senyum?
Kemana hilangnya bau surga?
Apa mesti aku terus berlari?
Atau kembali ke rumah yang telah kehilangan cinta?
Depok,
10 Juni 2013
Advertisement
Tidak ada komentar:
Posting Komentar